top of page
  • Gambar penulisquadrasinergi

Menaklukkan Rasa Tidak Percaya Diri: Mengatasi Imposter Syndrome dalam Meraih Kesuksesan




Siapa di antara kita yang tidak pernah merasa tidak cukup atau tidak pantas meskipun telah mencapai banyak hal? Terkadang, kita mungkin merasa seperti "penipu" yang tidak seharusnya mendapatkan pengakuan atau kesuksesan yang kita miliki. Ini adalah apa yang disebut dengan imposter syndrome, dan ternyata, itu jauh lebih umum daripada yang kita kira.


Imposter Syndrome adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa seperti mereka tidak pantas atau tidak kompeten meskipun memiliki bukti sebaliknya. Mereka merasa bahwa kesuksesan yang mereka capai hanyalah hasil dari keberuntungan atau kesalahan, bukan karena kemampuan atau usaha mereka sendiri. Istilah ini pertama kali dikenal pada tahun 1978 oleh dua psikolog, Pauline Rose Clance dan Suzanne Imes, yang mendeskripsikannya sebagai impostor phenomenon. Walaupun imposter syndrome tidak termasuk dalam kategori penyakit mental, istilah ini seringkali digunakan dalam penelitan ilmiah karena seringkali ditemukan di kalangan masyarakat.


Menurut penelitian yang dilakukan oleh UCLA Health, imposter syndrome sering dialami oleh orang-orang yang sudah sukses, baik itu di dunia kerja, akademis, atau bidang lainnya. Mereka mungkin memiliki gelar yang membanggakan atau pekerjaan yang hebat, tetapi di dalam hati, mereka masih merasa seperti "penipu" yang tidak seharusnya berada di tempat mereka saat ini. Bahkan, menurut American Psychological Association (APA), imposter syndrome dapat menyebabkan tingkat kecemasan yang tinggi dan bahkan depresi. 


Tidak hanya orang-orang dewasa yang mengalaminya, imposter syndrome juga dapat dirasakan oleh mahasiswa. Psikolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyoroti bahwa banyak mahasiswa yang merasa tidak pantas atau tidak mampu untuk meraih kesuksesan akademik, meskipun sebenarnya mereka memiliki kemampuan yang cukup.


Faktor dan Cara mengatasi Imposter Syndrome

Apa sebenarnya yang menjadi faktor dari imposter syndrome? Ayo kita simak apa saja sih faktor imposter syndrome.

  1. Lingkungan kerja yang kompetitif atau kultur yang menekankan pencapaian tanpa memperhitungkan proses dapat memicu munculnya sindrom ini. Tekanan untuk selalu berhasil tanpa kesalahan bisa membuat seseorang merasa tidak aman dan meragukan kemampuannya sendiri.

  2. Standar perfectionisme yang tidak realistis, pengalaman masa lalu yang mengarah pada kurangnya kepercayaan diri, dan lingkungan kerja yang kompetitif atau membandingkan diri dengan orang lain.

  3. Pengalaman traumatis atau pengalaman negatif di masa lalu juga dapat menjadi pemicu sindrom ini. Misalnya, kritik yang berlebihan atau kegagalan yang menyakitkan secara emosional dapat meninggalkan bekas yang membuat seseorang merasa tidak berharga atau tidak pantas.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasi Imposter Syndrome? 

Langkah pertama adalah dengan mengenali dan menerima perasaan tersebut. Sadari bahwa perasaan tidak layak atau tidak kompeten adalah hal yang umum dan banyak orang mengalami hal yang sama. Kemudian, meningkatkan kesadaran diri tentang kemampuan dan pencapaian Anda. Evaluasi secara objektif pencapaian Anda dan hargai usaha serta keberhasilan yang telah Anda capai.


Setelah itu mulailah menggantikan pikiran negatif dengan pikiran positif dan percaya diri. Fokus pada kekuatan dan potensi Anda daripada kelemahan dan ketidakmampuan. Terakhir, berbagi pengalaman dengan orang-orang terdekat atau mencari bantuan dari profesional dapat membantu Anda mengatasi sindrom ini. Dukungan sosial dapat memberikan Anda dorongan moral dan perspektif yang lebih seimbang.


Jika  perasaan meragukan diri kita terlalu mengganggu, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan dari seorang psikolog atau konselor. Mereka dapat memberikan dukungan dan strategi yang tepat untuk mengatasi imposter syndrome.


Hal yang penting untuk diingat adalah setiap orang memiliki nilai dan kemampuan yang unik. Dengan mengenali dan mengatasi imposter syndrome, kita dapat membebaskan diri dari belenggu ketidakpercayaan diri dan mengembangkan potensi kita dalam kehidupan dan karier.


Sumber:

Cohen, S. (2023). Feeling like a fraud? Imposter syndrome is common among high achievers.https://www.uclahealth.org/news/feeling-like-fraud-imposter-syndrome-common-among-high. (diakses tanggal  7 Februari 2024)

Huecker, R., Shreffler, J., McKeny, P., dan Davis, D. (2013). Imposter Phenomenon . https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK585058/#:~:text=Imposter%20syndrome%20(IS)%20is%20a,accomplishments%20among%20high%2Dachieving%20individuals. (diakses tanggal  7 Februari 2024)

LaDonna, K. A., Ginsburg, S., & Watling, C. (2018). “Rising to the level of your incompetence”: what physicians’ self-assessment of their performance reveals about the imposter syndrome in medicine. Academic Medicine, 93(5), 763-768.


4 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua
bottom of page