Bertahan atau Resign
- quadrasinergi
- 13 Okt 2022
- 3 menit membaca
Oleh: Fitri Yunifar Hanum, S. Psi

Menjalani dunia kerja jelas berbeda dengan saat menempuh dunia pendidikan. Saat menempuh dunia pendidikan, kita mendapatkan ilmu dari guru untuk kemudian dipahami dan akan ada ujian yang telah disusun sesuai dengan ilmu yang telah dipelajari sebelumnya. Hal itu terus berlanjut sampai kita telah mendapatkan nilai yang cukup untuk lulus dari sekolah. Kemudian bagaimana dengan dunia kerja? Tentu saja sistem yang telah dijalani di sekolah akan sangat berbeda dengan dunia kerja. Dunia kerja adalah suatu lingkungan yang berhubungan dengan pekerjaan yang sedang kita geluti, dengan definisi tersebut diharapkan kita mengetahui atau menyukai pekerjaan dalam bidang itu.
Dalam dunia kerja, kita diharapkan memiliki kemampuan yang mumpuni untuk dapat bergelut didalamnya. Terdapat beberapa kemampuan yang perlu diasah selain paham dan tahu akan bidang pekerjaan yang ada dalamnya. Seperti kemampuan mengontrol emosi, kemampuan beradaptasi dan sebagainya. Kenapa hal-hal tersebut menjadi penting? Karena kita memasuki dunia baru yaitu dunia kerja, di mana kita harus bergerak untuk mempelajari suatu hal baru, tidak seperti saat kita menempuh pendidikan, di mana kita ‘disuapi’ untuk mendapatkan ilmu.
Mengasah kemampuan di dunia kerja menjadi salah satu hal yang penting. Karena secara tidak langsung, perusahaan ataupun pemilik perusahaan akan menilai apakah karyawan dapat naik ke jenjang berikutnya atau tidak. Namun bagaimana pandangan dari para pekerja atau karyawan? Apakah sama? Ada beberapa contoh, seorang karyawan telah mendapatkan pekerjaan dan lingkungan kerja yang dirasa sangat nyaman, akan tetapi gaji yang didapatkan tidak sebanding dengan beban pekerjaan dan jenjang karir tidak jelas. Contoh lain, mendapatkan pekerjaan impian banyak orang, dengan gaji melebihi ekspektasi, jenjang karir jelas, tetapi harus bergelut dengan lingkungan kerja toxic. Ada pula kejenuhan dalam menjalani rutinitas pekerjaan yang tidak berubah.
Contoh-contoh tersebut hanya sedikit dari banyaknya contoh kasus di lapangan. Terkadang ada beberapa situasi yang membuat seorang karyawan tidak betah dalam menjalani dunia kerja. Faktor tersebut dapat muncul dari dalam diri atau pun dari luar. Faktor-faktor dari luar tentu saja tidak bisa kita kendalikan oleh diri sendiri, tetapi hal tersebut dapat dipertimbangkan jika membawa diri ke arah yang lebih baik.
Menurut Mathis dan Jakcson (2006) alasan karyawan mengundurkan diri:
(1) Komponen organisasional, nilai dan budaya, strategi dan peluang, dikelola dengan baik terorientasi pada hasil, kontinuitas dan keamanan kerja;
(2) Peluang karier, kontinuitas pelatihan, pengembangan dan bimbingan, perencanaan karier;
(3) Hubungan karyawan, perlakuan yang adil/tidak diskriminatif, dukungan dari supervisor/manajemen, hubugan rekan kerja;
(4) Penghargaan, gaji dan tunjangan yang kompetitif, perbedaan penghargaan kinerja, pengakuan, tunjangan dan bonus special;
(5) Rancangan tugas dan pekerjaan; tanggungjawab dan otonomi kerja, fleksibilitas kerja, kondisi kerja, keseimbangan kerja/kehidupan.
Pada awalnya, alasan kita bekerja sangatlah positif. Seperti mendapatkan penghasilan sendiri agar mandiri, dapat membantu orang tua untuk keperluan rumah dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, dan bertambahnya wawasan, meski begitu alasan-alasan tersebut mungkin saja akan berubah.
Kemudian keluarlah pertanyaan kepada diri sendiri, apakah akan terus bertahan atau resign? Pilihan ini tentunya tidak timbul secara acak, tetapi karena adanya faktor-faktor penyebab yang mempengaruhi. Sebelum akhirnya mengambil keputusan bertahan atau resign, ada beberapa hal yang perlu diketahui, seperti kekurangan dan kelebihan yang akan dihadapi. Ketika pilihan tertuju pada bertahan di pekerjaan yang saat ini digeluti, kita akan menghadapi situasi dan lingkungan kerja yang sama, sisi lainnya kita tetap mendapatkan penghasilan yang stabil dan hal tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Saat pilihan tertuju untuk resign, maka kita akan kehilangan pendapatan yang sebelumnya ada, kemudian akan menghadapi situasi dan lingkungan baru yang belum diketahui, dan tantangan apa saja yang mungkin akan dihadapi.
Maka dari itu, sebelum kita memutuskan akan bertahan atau resign, pertimbangkanlah hal-hal positif dan negatif yang akan dihadapi setelahnya. Sebagai orang dewasa keputusan tersebut memang ada di tangan kita tanpa adanya turut campur dari orang lain. Namun ada baiknya kita juga mempertimbangkan orang-orang disekitar kita yang selama ini menjadi tanggung jawab kita. Dengan merinci kelebihan dan kekurangan yang mungkin akan dihadapi, akan membantu diri untuk megambil keputusan yang lebih baik. Kemudian mintalah nasihat kepada orang yang berpengalaman, professional atau orang yang dapat dipercaya untuk mendapat masukan. Jika perlu, kita bisa melakukan konseling karir untuk menentukan arah pekerjaan kita. Pikirkanlah cara lain untuk dapat menghadapi situasi sekarang dengan lebih positif. Selain itu, kita bisa saja mengambil cuti untuk mendinginkan kepala, agar dapat mengambil keputusan dengan tepat.
Sumber:
Mathis, R. L. dan Jackson, J. H. 2006. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat.
Comments